Skip to main content

About My School Story (semasa Gue SMP kelas 2 - 3 ) sambungan sebelumnya

-->Tapi kenapa renovasinya pas gue uda kelas IX ? gue jadi sempet ngerasain pas hujan gentengnya bocor, diintipin homo – homo kelas sebelah pas ganti baju olahraga dikelas, dan sering bersin karena debu yang naujubilah !
----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Naik ke kelas 2 SMP, gue jadi pendiem. Gue ketemu banyak temen – temen baru, tapi tetap sekelas sama Barep. Mimpi apa gue sampai masih sekelas sama anak Jawa yang freak kayak gini.



-->Singkat cerita, gue punya sahabat baru, yaitu Dita dan Risya yang sebenarnya teman dari SD, namun dulu kami tidak begitu akrab. Mereka berdua sebenarnya adalah anak yang pintar, namun masih kalah pinter sama gue. Gue lebih pinter jadi seorang penjilat di depan Pak Sualdi, guru matematika sekaligus wali kelas gue waktu itu.

Tulisan gue sebelumnya, sudah menerangkan tentang seorang penjilat. Jadi jangan tiru apa yang gue lakuin di masa – masa jahiliyah gue waktu itu.





-->Gue adalah seorang anak yang dilahirkan dengan tingkat kepintaran rata – rata. Gak terlalu pinter, gak terlalu goblok. Pas – pas aja. Gue paling anti sama yang namanya pelajaran matematika. Gue gak suka pelajaran ini semenjak kelas 3 SD. Waktu itu pelajaran matematika tentang perkalian dan pertambahan.

4 + 2 x 6 = ?
waktu itu gue jawab 48. Dan gue langsung di goblok – goblokin sama guru gue. Sejak saat itu gue gak suka sama matematika. Gue jadi gak pernah belajar matematika. Tiap ulangan gue Cuma bisa nyontek. Tapi, gak tau kenapa gue bisa sekolah sampai sejauh ini. Entah sampai kapan trauma berkepanjangan ini berakhir. Waullahu’alam.




-->Dita dan Risya adalah teman yang baik, mereka selalu memberitahu jawaban jika ulangan matematika atau jika ada tugas dari Pak Sualdi. Sadar akan kemampuan bermatematika gue yang kurang, gue pun melancarkan cara yang sangat licik. Gue menjadi seorang penjilat.

Tiap pelajaran Pak Sualdi, gue selalu duduk paling depan dan pura – pura memperhatikan apa yang dia ajarkan. Semua yang dia jelaskan selalu gue iyakan. Alhasil, semester 1 gue dapet peringkat 2, dan semester 2 gue dapet peringkat 1. Gue seneng banget. Gue sangat berterimakasih kepada Dita dan Risya yang selalu bantu gue ngerjain soal – soal ulangan dan tugas – tugas.
Tapi, waktu itu derajat gue rendah. Hina banget.!! Gue bisa dapet peringkat 1, tapi 2 orag sahabat gue yang selalu bantu gue,? masuk 5 besar aja gak.

SMP ?

-->Kenaikan kelas, gue yang dulunya kelas VII C dan naik ke kelas VIII C, sekarang pindah lokal ke kelas IX D. Ini kelas yang paling dianggap pinter di SMPN 1 Tanah Grogot. Isinya orang – orang jenius. Disini gue sekelas lagi sama si Untari dan beberapa temen SD gue yang dulunya memang pinter – pinter kayak si Oyi, Reza, Edgar, Ade, dan Iben (Iben udah pindah lokal duluan pas kelas VIII. Tapi, gue sedih gak sekelas lagi sama temen Jawa gue yang freak “Barep”.


-->Di kelas ini, gue ngerasa amat sangat amat tidak nyaman, persaingan disini sangat ketat. Semuanya aktif dan cepat. Gue disini Cuma bisa melongo. Gue dapat kasta terendah disini.

Alhasil, rapot semesteran gue ancur gila. Gue dapet peringkat 32. Oh Boy..!!
Sepintas ada lirih di hati gue “Dita...! Risya..!! Kembalilah..!”.


-->Walaupun gue termasuk murid yang bodoh di kelas ini dan kelas ini sangat kompetitif, ada nilai plus yang gue suka. Anak – anak di kelas ini gak suka pilih – pilihh teman dan sangat berhati mulia. Dalam waktu dekat, gue udah akrab dengan beberapa teman cowok seperti Ajis, Gema, Herlambang, dan johdy.


-->Di awal kelas IX, gue deket sama cewek anak SMP lain. Saat seperti ini, gue jadi ngerasa bingung dan kadang berfikir, “apa ini yang namanya jatuh cinta?”, cukup telenovela menurut gue pribadi. Jadi, berlangsung pdkt 3 Bulan akhirnya kita jadian. Tapi naas, seminggu setelahnya dia meninggal dunia karena kecelakaan. Innalillahi wa innaillaihi rojiun.

Semoga diterima di sisi-Nya. Akan selalu teringat, pacar pertama saya. “Bambang”.
aarrrgghhhh..!!!! bukan BAMBANG,,!! Lupakan! namanya cukup gue yang tau karena waktu pacaran, dia bilang ke gue biar gak bilang ke siapa – siapa kilo kita uda jadian. Dia orangnya pemalu. Walaupun waktu itu gue sempat suuzon kalo dia sebenernya punya pacar lain, tapi ini amanah menn, mesti dijaga.


-->Beberapa bulan sepeninggal pacar pertama gue yang sejujurnya waktu itu gue masih berusaha untuk memberikan kasih sayang gue, tapi gak kesampaian karena begitu cepat dia pergi ninggalin dunia. Akhirnya gue mulai tertarik lagi dengan yang baru. Semoga mendiang gak marah di alam sana.

-->Semenjak SMP kelas 2 gue udah hobi main basket, gue mencapai semangat yang klimaks dalam bermain basket ketika diadakannya lomba basket antar kelas di sekolah. Waktu itu gue dan teman – teman kelas VIII C dapat juara 1. Sejak saat itu, gue jadi gila basket. Tiap sore gue main basket di sekolah.


-->Sore itu, gue, Gema, dan Iben berencana ke sekolah mau main basket pas anak kelas VII uda pada pulang. Anak kelas VII mulai sekolah jam 12 siang dan pulang jam 5 Sore. Hal ini dikarenakan sekolah ini lagi direnovasi. Bersyukur lah, semoga menjadi lebih baik. Tapi kenapa renovasinya pas gue uda kelas IX ? gue jadi sempet ngerasain pas hujan gentengnya bocor, diintipin homo – homo kelas sebelah pas ganti baju olahraga dikelas, dan sering bersin karena debu yang naujubilah !

“TENG.. TENG.. TENG..!”
Bel tanda murid – murid kelas VII mesti pulang kerumah masing – masing. Gue dan 2 orang temen gue yang sudah nunggu di depan sekolah pun mulai bergegas masuk mau main basket di lapangan.
gue liatin muka anak kelas VII ini masih cubby – cubby. Muka yang masih polos, berbanding terbalik dengan muka temen gue si Iben yang penuh dengan hawa nafsu dan keberingasan ketika ngeliatin adek – adek kelas yang cewek. Gue bisa bayangin gimana perasaan adek – adek kelas ini waktu Iben ngeliatin mereka,
“ah, kakak yang satu ini kok ngeliatinnya gini ya? Pulang cepet ah, takut diculik”, dalam pikiran gue.



-->Waktu itu, mata gue tertuju ke arah pintu ruang Kelas VII F. Ada seorang gadis lagi duduk di atas meja dekat pintu tersebut, tapi entah mengapa dia begitu menawan. Apa ini yang disebut “jatuh cinta pada pandangan pertama?”, ini cukup telenovela bagi gue.

 Gue gak bisa bayangin kalo gadis itu diganti sama Iben, pasti pandangan itu akan berubah menjadi latar yang gelap, terlihat Iben lagi dadah – dadah sama gue dengan menawarkan sebuah apel bertuliskan “marry me”, lalu dia senyum – senyum mupeng sambil memamerkan pahanya. Gue gak bakal mampu bayangin, betapa suramnya saat itu dan mungkin setengah dari nyawa gue udah diambil malaikat pencabut nyawa.


-->Dengan sekuat tenaga, gue menghindari bayangan tentang Iben dan terus melihat. 

“Siapa dia?”,
“kenapa terlihat tidak biasa?”
“apakah dia adalah bidadari pengganti pacarku yang pertama?”
“apakah dia datang untukku?”
Otak gue bener – bener sudah teracuni oleh Telenovela.
 Oooooooooohh.... Mariaaaa.!!


-->Gue terus melihat dia, namun dia sepertinya tidak merasakan pandangan gue. Tiba – tiba terlihat sesosok laki – laki yang tidak asing berbadan agak tinggi, hitam, bermuka agak lonjong, dagunya agak maju, dan berambut ikal. Jika dilihat sekilas, orang itu mirip dengan pemain sepak bola Irfan Bachdim versi salah gaul. Salah gaul sama orang – orang ethiopia.

Ya, dia Gema. Teman gue -____-

-->

Gema menghampiri gadis yang dari tadi gue liatin itu. Sepertinya mereka sudah saling kenal. Terlintas dalam benak gue rasa cemburu,
“kenapa Gema kayaknya dekat sama cewek itu?”,
“kenapa gue cemburu?”

“kenapa? Padahal gue belum kenal sama cewek itu!?”

Gue termenung sesaat dengan pikiran gue sendiri.

-->Tapi seketika gue sadar saat ada suara yang sungguh mengganggu, suara yang tidak asing namun mengerikan. Suara itu memancarkan gelombang yang sangat jahat. Gue mencari sumber suara itu. “KWAAER NGGERRRKK NNGOORRKK” suara itu semakin terdengar jelas. Dan ternyata itu si Iben lagi ngajak manggil – manggil di lapangan. Suara cempreng ditambah dengan frekuensi rendah yang entah bagaimana cara dia memanipulasinya itu sangat membisingkan telinga dan terdengar aneh. Namun, gue bersyukur ternyata dia Iben. Gue kira makhluk luar angkasa yang hendak mengambil sample makhluk hidup bumi untuk dijadikan bahan penelitian. Sungguh imajinasi yang cerdas dan logis.


BERSAMBUNG.. ENTAH KAPAN.!

Mamat, adek temen gue belom lahir. elu gak usah tanya ke dia. Tanya aja ke Ajis. Dia agak sedikit pintar daripada Iwan Pondok Bambu.

Comments