Cerita Mahasiswa ber-IPK Rendah

“Walaupun ada sebagian dari lu yang berpendapat kalo IPK itu gak penting, setidaknya IPK tinggi bisa jadi bentuk rasa terimakasih kita terhadap orang tua yang sudah bersusah payah mencari uang agar anak kebanggaannya bisa kuliah dan meraih cita – cita”
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

 

Halo pembaca yang budiman (walaupun saya yakin tidak semuanya bernama Budiman). Hari ini gue bakal membahas tentang suatu yang paling gue gak sukai saat ini. Saking gak sukanya, gue nulis sambil dengerin lagunya Cherybelle yang judulnya Iwak Peyek. Oke, ini sudah cukup garing. Oh iya, betewe nih kan baru – baru aja masuk kuliah lagi. Baru selesai liburan rasanya gimana ? kalo anak SD setiap habis liburan gitu pasti langsung disuruh bikin essay sama gurunya tentang liburan mereka masing – masing. Anak – anak SD yang notabene masih dalam masa pertumbuhan dan memiliki tingkat tekanan yang masih cenderung rendah pastinya menuliskan essay mereka dengan penuh suka cita. Seperti halnya Chika, bocah yang punya cita – cita jadi astronot namun dipaksa punya cita – cita jadi dokter saat membintangi iklan susu ini menulis essay tentang pengalamannya saat berlibur ke luar negeri bersama para alien. Lain Chika lain pula Baim, bocah yang masa kecilnya suram karena bercita – cita ingin menjadi personil boyband lokal ini bercerita pengalaman bersama peliharan barunya, seekor dugong yang disangkanya putri duyung.

Lain anak SD lain anak kuliahan. Anak kuliahan merasakan liburan bukan sebagai hal yang tepat untuk bersantai namun kadang menjadi sebuah tekanan tersendiri, khususnya bagi mahasiswa ber-ipk rendah (kayak gue). Betewe soal ipk, ipk kalian berapa nih ? ada remidi gak ? ada pelajaran yang ngulang tahun berikutnya gak ? oke, cukup. Bagi kalian yang gak cukup kuat dengan pertanyaan – pertanyaan barusan bisa berhenti baca tulisan ini sekarang daripada gue mesti menanggung dosa gara – gara lu pada bunuh diri atau tiba – tiba overdosis. Oke, ini cukup mendramatisir.

Kali ini gue bakal bahas sedikit tentang IPK…….IPK…..IPK….. IPK….iiiiiiiiiiiiiiiiiippppeeeeekkkaaaaaaa……. Udah gue bilang kalo gak kuat exit aja.

IPK itu apaan sih, kalo gue boleh saran sih lu jangan tanya sama Budi deh. Budi masih kelas 2 SMA, dia seangkatan sama mantan gue dan dia itu adek kelasnya mantan gue serta dia adalah kakak kelasnya mantan gue juga, tapi gue gak bakal bahas tentang mantan gue yang seangkatan sama gue karena gue punya gebetan yang seangkatan juga sama gue tapi itu dulu, dan sekarang dia juga udah jadi mantan gue. Orang jelek kadang kalah sama orang ganteng karena orang jelek bisa punya banyak mantan karena kadang kejelekan seseorang cowok bisa terlihat saat pacarnya melihat orang yang lebih ganteng darinya. Sorry coy, gue gak curhat.

Sebelum ngomongin IPK, gue mau curhat dikit tapi bukan soal mantan atau gebetan gue yang sekarang. Tapi soal gerak - gerik gue waktu semester kemaren. Semster kemaren gue kehilangan keperkasaan dalam menuntut ilmu. Sumpah, cepet bosen banget sama yang namanya kuliah, diperparah lagi kampus gue adalah kampus teknik yang notabene dikuasai para lelaki, mulai dari lelaki sejati maupun yang gak sejati dan mulai dari yang hidung belang maupun yang hidung gede. Kenampakan wujud cewek di kampus gue boleh dikatakan bagaikan populasi kuda nil di pulau komodo atau dalam kata lain ”langka”. Cewek aja langka, apalagi yang cantik. Yang cantik banyak, para maho.

Situasi yang kurang kondusif di kampus bikin gue males ngampus, kalo udah males ngampus ya gak dapet materi dari dosen. Akibatnya, nilai ujian gue bagaikan rekonstruksi wisma atlit yang gagal. Udah amblas, hancur pula. Oh iya, sama juga kayak kejadian tektonik lempeng konvergen yang bikin salah satu lempeng menurun kebawah (nyambung gak nyambung baca aja).

 

Belum cukup nilai ujian gue yang pada ancur, gue pun merasa lebih dihancurkan waktu denger isu kalo Superman udah gak pake kancut merah diluar lagi. Oke, bagi yang udah ngerasa mual – mual silahkan berhenti baca tulisan ini.

Kembali ke soal IPK nih ye, jujur gue shock banget waktu ngeliat KHS. Bener banget, siapa yang gak shock waktu liat nilai D bertebaran di lembar KHS bagaikan rasi bintang Aries dan Gemini yang lagi kawin. Melihat kenyataan ini, gue akhirnya memutuskan untuk lompat dari lantai 3 Amplaz (Ambarrukmo Plaza) setelah melihat total IPK yang waktu itu lebih rendah dibanding bocah lokal 3 tahun yang suka main pasir atau berenang di selokan nyari ikan otek. Namun, saat gue mau lompat, gue dicegah dan ditarik oleh sekuriti kerena menurut mereka gue adalah makhluk langka dan harus dilestarikan. Gue ngerasa jadi orang utan kalimantan yang dikawin silang sama badak bercula satu saat itu.

Liburan tiba………… gue pulang kampung ke Kalimantan Timur, nyokap bokap sampe adek gue nyambut kedatangan gue dengan senyuman. Gue membalas senyuman mereka, namun semua berubah saat bokap gue nanyain IPK. What the fuckin hell ? gue baru turun dari bus langsung ditanyain gituan ! ada apa dengan Cinta ? ada apa dengan Rangga ? oke, semoga kalian gak berfikir bahwa masa lalu gue adalah seorang penggemar film cinta romantis – romantisan dan sebenernya senetron berjudul “ABG” yang ditayangkan di RCTI tamatnya ketika pemerannya pada kawin dan waktu itu Masayu masih cantik. Arrrrrrrrrrrrrrrgggggghhhhhhhhh.!!!!

Saat pulang kampung gue sukses menyembunyikan total IPK gue, saat saudara – saudara gue nanya soal IPK pun gue cukup menjawab seadanya. “IPK gue 4.0”, gue menjawab dengan santai namun di dalam hati gue bener – bener teriris, gue gak terbiasa dengan kebohongan. Punggung gue ngeluarin sayap kelelawar dan cincin halo di atas kepala memudar berubah menjadi tanduk. Gue menjadi orang jahat.

Sampai gue balik buat kuliah lagi, gak satupun orang yang tau IPK asli gue kecuali…. Aris.. Dia Cuma temen gue yang gantiin password akun SIAKAD pribadi gue gara – gara takut kalo nilai – nilai gue bakal diliat temen – temen yang laen. Jangan mikir negatif, gue gak homo ! gue masih perjaka !

Ditengah – tengah kegalauan gue, tenyata biksu tong san chong yang lagi nyari kitab suci bersama rombongannya singgah ke kontrakan gue. Mereka ngasih gue sebuah buku yang menurut mereka suci dan hanya boleh dibaca oleh orang – orang tertentu saja, yang dimaksud orang – orang tertentu itu adalah orang – orang yang ber-ipk rendah kayak gue. Sekali lagi gue ngerasa langka.

(kenampakan buku suci pemberian biksu tong san chong)

Membaca buku yang kayak gitu menurut gue gak bakal ngasih hasil apa – apa. Materi yang ada di dalam buku itu gak bakal ada yang keluar pas ujian akhir semester. Gue berhasil galau lagi. Tapi bagi mereka – mereka yang suka aplikasi yang ditawarkan buku ini bisa cari di gramedia apa hubungin gue aja. Gue masih simpen bukunya, buruan sebelum gue balikin sama om biksu. Betewe soal IPK nih… gue gak bakal bosen nawarin buat lu yang gak kuat baca mending berenti baca tulisan ini, soalnya yang diatas baru pembuka. Belum inti dari pembicaraan ( yang enggak ) serius ( amat ).

Dari tadi kan gue ngomongin IPK nih, bagi pembaca kuat yang satu angkatan sama Budi masih belum tau apa itu IPK ? gue kasih tau nih.

IPK = Indeks Prestasi Kumulatif. Dimana IPK sendiri adalah hasil dari akumulasi dan perhitungan perbandingan nilai yang didapat dari hasil kali dan bagi nilai – nilai dalam satu semester atau lebih sehingga menghasilkan point akhir yang namanya IPK. Di Indonesia, IPK maksimum seseorang adalah 4,0 dan tidak ada titik terendahnya.

Ada sebuah pertanyaan dalam hati gue yang cukup menggelitik. Apa sih fungsi dari IPK sendiri ? apakah berpengaruh dalam dunia kerja ? apakan IPK bisa menentukan nanti kita akan menjadi seseorang yang sukses ? apakah orang ber-IPK rendah bisa mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan tempat yang baik ? Apa IPK bisa ngancurin hubungan gue sama pacar gue ?

Pertanyaan – pertanyaan tersebut sempat terlintas jawabannya dalam pikiran gue waktu merenung. Dan yang gak perlu lu pada tau, gue akhir – akhir ini jadi sering merenung pasca tragedi IPK perdana gue itu. 

Apa sih fungsi IPK ? cukup sederhana. IPK coba deh dijadiin motivasi, kalo lu udah dapet IPK yang rendah lu usahain untuk bercermin. Apa yang lu liat ? sebuah kebangkitan itu bisa jadi nyata kalo lu bener – berner berkaca dari pengalaman di masa lalu. Disaat lu udah bangkit dan berhasil, lu gak bakal malu lagi kalo ada orang yang nanya berapa IPK lu semester ini.

Apakah IPK berpengaruh dalam dunia kerja ? pertanyaan yang sederhana dengan jawaban yang sederhana sebenarnya. Jika IPK tidak berpengaruh dalam dunia kerja, terus mengapa perusahaan – perusahaan jaman sekarang menetapkan kriteria calon pegawai berdasarkan IPK ? contohnya perusahaan tambang atau perminyakan yang menetapkan kriteria minimal calon pegawainya ber-IPK 3,1 sampai 3,7.

Apakah IPK bisa menentukan kesuksesan kita mendatang ? untuk persoalan yang satu ini jujur saya belum bisa menjawabnya. Karena kadang kesuksesan seseorang tidak hanya berkaitan tentang IPK, bahkan IPK sendiri presentasenya kecil dalam menentukan kesuksesan seseorang. Yang paling berperan adalah kerja keras, doa, dan kesabaran seseorang, walaupun dalam memperoleh IPK tinggi pun membutuhkan 3 aspek tadi.

Apakah orang ber-IPK rendah bisa berkesempatan untuk mendapatkan tempat yang baik ? secara logika, orang ber-IPK rendah biasanya menduduki jabatan yang lebih rendah pula dibanding dengan oarang ber-IPK tinggi walau mereka sama – sama memiliki title sarjana yang sama. Permasalahan mendapatkan tempat yang baik adalah relatif, mendapatkan tempat yang baik dalam pekerjaan, masyarakat, atau tempat yang baik waktu nonton bioskop ?

Apa IPK bisa ngancurin hubungan gue sama pacar gue ? hmmmmmmmm, sebuah pertanyaan yang cukup menarik. Gue sengaja melakukan banyak survei untuk pertanyaan yang satu ini. Untuk hal ini sendiri sih tergantung pembawaan pacar masing – masing. Kalo orangnya perfeksionis dan tidak pengertian dalam arti tidak mengerti tingkat kesulitan bidang studi yang diambil ya bisa jadi aja pacar lu itu mutusin hubungan sama lu. Contohnya nih, lu kuliah di jurusan teknik sementara pacar lu kuliah di bidang sastra, terus waktu semesteran dia dapet IPK diatas 3,1 sementara lu dapet IPK dibawah 2,9 terus gara – gara itu lu dianggap gak bisa ngimbangin dia atau gak berprospek, terus putus. Nah itu berarti pacar lu bego dan lu harus mutusin dia duluan. Hmmmmm, masih kurang paham ? kalo udah liat tampilan gambar di bawah ini semoga kalian bisa paham.

(Pesan singkat seorang cewek ke cowoknya yang ber-IPK rendah) [bukan kisah gue]

Sebagai seorang mahasiswa yang pernah dapet IPK kurang dari 2, gue ngajak temen – temen untuk berubah dan lebih bermotivasi untuk mendapatkan IPK yang lebih tinggi. Kalo bisa IPK kita semester depan 4,1 (dipecat jadi mahasiswa). Berpengaruh atau tidaknya IPK kita terhadap pekerjaan kita dimasa depan biarkan Tuhan yang mengatur, kita tidak akan tahu tentang masa depan. Yang terpenting sekarang, kita bisa raih IPK yang tinggi dengan kemampuan kita sendiri. Walaupun ada sebagian dari lu yang berpendapat kalo IPK itu gak penting, setidaknya IPK tinggi bisa jadi bentuk rasa terimakasih kita terhadap orang tua yang sudah bersusah payah mencari uang agar anak kebanggaannya bisa kuliah dan meraih cita – cita. Hargai mereka.

Demikian tulisan gue buat hari ini, makasih buat yang udah mampir dan share. Semoga IPK kita semester ini dan semester depannya lagi bisa semakin baik.